Presiden China Xi Jinping pada hari Senin (1/9) menyerukan kepada negara-negara anggota Shanghai Cooperation Organization (SCO) untuk memperkuat kerja sama dalam bidang kecerdasan buatan (AI), sekaligus menolak apa yang ia sebut sebagai “mentalitas Perang Dingin” yang dianggap menghambat perdamaian global.
KTT SCO kali ini menjadi yang terbesar sepanjang sejarah, dengan dihadiri lebih dari 20 pemimpin dunia, termasuk Presiden Rusia Vladimir Putin dan Perdana Menteri India Narendra Modi. Pertemuan berlangsung di tengah ambisi Beijing menampilkan diri sebagai penjaga perdamaian global, meskipun dunia masih dilanda ketegangan geopolitik: perang Rusia–Ukraina, konflik Israel–Hamas, serta rivalitas dagang dengan Amerika Serikat.
Xi Tawarkan Investasi dan Pendidikan Vokasional
Dalam pidatonya, Xi menegaskan bahwa China telah menanamkan investasi sebesar 84 miliar dolar AS di negara-negara anggota SCO. Selain itu, Beijing juga berkomitmen mendukung 10.000 pelajar melalui program pendidikan vokasional internasional “Luban”.
“Pertemuan ini adalah kesempatan untuk membuka babak baru pembangunan dan kerja sama berkualitas tinggi,” kata Xi. Sebelum berpidato, Xi sempat bertemu singkat dengan Modi dan Putin dalam sesi foto bersama seluruh anggota SCO.
Diplomasi Maraton: Dari Erdogan hingga Modi
Selama akhir pekan, Xi bertemu dengan sedikitnya 10 pemimpin dunia, termasuk Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Perdana Menteri Kamboja Hun Manet. Pada Sabtu, Xi juga mengadakan pertemuan bilateral dengan Modi, di mana kedua negara menegaskan pentingnya menjadi mitra, bukan rival.
Kementerian Luar Negeri India menyatakan bahwa “hubungan stabil dan kerja sama antara India dan China, yang mewakili 2,8 miliar penduduk, penting bagi pertumbuhan dan pembangunan kedua negara.”
Pertemuan ini dipandang analis sebagai upaya détente—pemulihan hubungan—yang dapat memperkuat posisi Beijing di Asia dan dunia.
Analis: Perbaikan Hubungan India–China Bisa Ubah Peta Global
Menurut Marko Papic, Chief Strategist di GeoMacro Strategy BCA Access, membaiknya hubungan dengan India merupakan pencapaian besar bagi Beijing.
“India membutuhkan akses pada teknologi dan intellectual property kritis jika ingin mendorong industrialisasi dan manufaktur,” jelas Papic. “Namun, dalam jangka panjang, Amerika Serikat mulai kehilangan narasi untuk menuding China sebagai biang kerok global. Ini justru memperkuat era multipolaritas.”
Sementara itu, Henry Huiyao Wang, pendiri Center for China and Globalization, menilai China kini lebih aktif mengambil inisiatif dalam kolaborasi ekonomi dan perdamaian. Ia bahkan menyebut, dengan hubungan baik bersama Rusia, Beijing bisa berperan sebagai mediator dalam perang Ukraina.
Deklarasi Tianjin dan Rencana 2035
Pada puncak KTT, para pemimpin SCO menandatangani Deklarasi Tianjin dan menyetujui rencana pembangunan organisasi hingga tahun 2035. Meski detail belum dirilis, media resmi China menyebut ada 24 dokumen kerja sama yang diadopsi, mencakup bidang keamanan, ekonomi, hingga kemanusiaan.
Xi juga mengumumkan pembentukan sejumlah platform kerja sama baru:
- pusat energi baru,
- industri hijau,
- ekonomi digital,
- pusat inovasi teknologi,
- pendidikan tinggi,
- dan pelatihan vokasional.
Menariknya, Menlu China Wang Yi mengungkapkan bahwa para pemimpin sepakat mendirikan Bank Pembangunan SCO, sebuah lembaga keuangan multilateral baru yang diproyeksikan melengkapi peran AIIB (Asian Infrastructure Investment Bank).
Inisiatif Tata Kelola Global
Dalam sesi sore, Xi meluncurkan gagasan “Global Governance Initiative”, yang mengikuti jejak program sebelumnya seperti Global Development Initiative dan Global Security Initiative.
“Global governance harus dicapai melalui koordinasi dan kerja sama, bukan dengan perundungan sepihak,” tegas Wang Yi. Xi mengingatkan bahwa meski dunia telah menikmati 80 tahun perdamaian sejak akhir Perang Dunia II, ancaman baru terus bermunculan.
“Global governance berada di persimpangan jalan baru,” kata Xi. “Komitmen untuk hidup berdampingan secara damai harus ditegakkan, tanpa menargetkan pihak ketiga. Aturan dari segelintir negara tidak bisa dipaksakan kepada yang lain.”
Kesimpulan
KTT SCO di Tianjin memperlihatkan ambisi China untuk tampil sebagai pemimpin multipolar dunia dengan menekankan kerja sama AI, investasi lintas negara, serta inisiatif tata kelola global. Walaupun efektivitasnya masih perlu waktu untuk dibuktikan, langkah Xi mempererat hubungan dengan India dan Rusia, sekaligus menawarkan alternatif terhadap dominasi Barat, berpotensi mengubah lanskap geopolitik global dalam dekade mendatang.